S L P H T (SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU)
TANAMAN PADI
Kel.Bringin, Kec.Sambikerep, Kota Surabaya
TA. 2012
|
Uji Tanaman Padi dengan menggunakan BWD |
|
|
Melakukan Pencatatan dari Hasil Uji BWD pada tanaman padi |
|
Pengamatan Hama dan Penyakit pada Lahan Sawah Tanaman Padi |
|
Paket Petak PHT (SLPHT Padi) |
|
Paket Petak LOKAL (SLPHT Padi) |
|
Uji Praktek PUTS pada SLPHT Padi |
|
Diskusi dari Praktek PUTS pada SLPHT Padi |
|
Materi PUTS dan BWD untuk petani SLPHT Padi |
|
Hasil Uji Tanah dengan Menggunakan perangkat PUTS |
|
Hasil Uji Tanah dengan menggunakan perangkat PUTS |
|
Diskusi kelompok Tani pada Kegiatan SLPHT Padi |
|
Diskusi Kelompok Tani pada Kegiatan SLPHT Padi |
|
Diskusi Kelompok Tani pada Kegiatan SLPHT Padi |
|
Koleksi Serangga dari Pengamatan SLPHT Padi |
|
|
Koleksi Serangga Anggota Kelompok Tani Bringin Makmur (Bp.Legiman) |
|
|
Pengamatan Hama Padi |
|
|
Sampel Padi dari Hasil Pengamatan yang terserang Hama/Penyakit |
|
Pencatatan dan Pengamatan Lokasi SLPHT Padi |
|
Kunjungan Lapang dan Penyuluhan oleh Ibu Ari dari Petugas PHP Lab POPT PHP Mojokerto, Jawa Timur |
|
Dinamika Kelompok Tani |
|
Diskusi dan Penyuluhan dari Ibu Ari Lab POPT PHP Mojokerto, Jawa Timur tentang Pestisida Organik
|
Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)
Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) mulai dirintis pertama kali di
Indonesia dalam rangka Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu, yaitu pada
tahun 1990. Pada waktu itu istilah Sekolah Lapangan terdengar cukup aneh di
kalangan petani maupun masyarakat lain, tetapi empat tahun kemudian SLPHT telah
diselenggarakan di 10.000 kelompok tani di Indonesia, serta ribuan desa
pertanian lainnya dalam bentuk IPM Farmer Field School (Sekolah Lapangan
PHT) di Vietnam, China, Phillipines, Banglades, India, Korea Selatan,
Muangthai, dan Srilangka. Dalam hal ini SLPHT yang dikembangkan di Indonesia
merupakan sumbangan yang berarti bagi Petani di Indonesia dan di negara-negara
lain. Saat ini di Indonesia telah berkembang SLPHT pada berbagai komoditi
selain padi, di antaranya adalah pada tanaman buah-buahan, sayuran, dan tanaman
lainnya, serta telah jutaan alumni SLPHT dihasilkan sebagai Petani Ahli PHT.
Sekolah
Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) merupakan metode penyuluhan untuk
mengimplementasikan Pengendalian Hama Terpadu. Sekolah Lapangan (i) mempunyai
peserta dan pemandu lapangan, (ii) merupakan sekolah di lapangan dan peserta
mempraktekkan/menerapkan secara langsung apa yang dipelajari, (iii) mempunyai kurikulum, evalusai dan sertifikat tanda lulus, dan (iv) dimulai dengan
acara pembukaan, penutupan, kunjungan lapangan/study tour dan diakhiri
dengan temu lapangan.
Metode
penyuluhan sekolah lapangan lahir berdasarkan atas dua tantangan pokok, yaitu keanekaragaman
ekologi dan peran petani sebagai manajer (ahli PHT) di lahannya sendiri.
Pengendalian Hama Terpadu sulit dituangkan melalui model penyuluhan biasa
(poster, ceramah dan lainnya), antara lain karena keanekaragam ekologi daerah
tropik, oleh karena itu PHT mutlak bersifat lokal. PHT bekerja sama dengan alam
dan tidak menentangnya. Upaya mengubah Petani agar menjadi manajer
lahannya/ahli PHT pada dasarnya merupakan pengembangan sumberdaya manusia.
Untuk menuju pertanian berkelanjutan petani merupakan sumberdaya masyarakat
tani itu sendiri yang mampu memperbaiki teknologi pertanian secara
berkesinambungan.
Ciri-ciri
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu adalah sebagai berikut :
· Petani dan Pemandu adalah warga
belajar dan saling menghormati;
· Perencanaan bersama oleh
kelompok tani;
·
Keputusan bersama oleh anggota kelompok tani;
· Cara belajar lewat
pengalaman/Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi);
·
Melakukan sendiri, mengalami sendiri, dan menemukan sendiri;
· Materi pelatihan dan praktek
terpadu di lapangan;
· Sarana belajar adalah lapangan
usahatani (Agroekosistem);
· Pelatihan selama satu siklus
perkembangan tanaman (sesuai fenologi tanaman);
· Kurikulum yang rinci dan
terpadu;
·
Sarana serta bahan mudah dan praktis, serba guna, dan mudah diperoleh
dari lapangan;
·
Demokratis, kebersamaan, keselarasan, partisipatif dan tanggung jawab.
Lahan/lapangan dan ekologi pertanian setempat yang hidup dan dinamis merupakan
sarana belajar utama, jika diperlukan sarana belajar lain, maka hanya berupa
”Petunjuk Teknis”, yaitu petunjuk/pedoman langkah-langkah proses belajar.
Peserta Sekolah Lapangan PHT adalah petani pemilik dan penggarap lahan
usahatani yang responsif terhadap teknologi baru, produktif, baik pria maupun
wanita. Sebagai petani mereka bukan milik
dan bawahan siapapun.
HIDUP DAN MAJU TERUS PERTANIAN INDONESIA